Training Pacet part 1 (Kobeng Jalan)
Tak terhitung berapa lama saya vakum nulis guys, kesibukan di kuliah semester akhir dan berbagai tugas berat telah menyita waktu, perjuangan skripsi dan mencari kerja juga menjadi bagian hidup penuh pengorbanan yang tidak akan terlupakan, ya nanti jika ada waktu akan saya bahas di artikel tersendiri.
Kali ini saya akan bercerita mengenai pengalaman baru saya. Pada bulan
Januari 2018, Program studi teknik Industri universitas Trunojoyo Mengadakan
Pembekalan bagi
asisten seluruh laboratorium. Dan saya diundang oleh Dosen saya
melalui ketua pelaksana yaitu Lubis untuk mengisi salah satu materi, yaitu
bagaimana langkah-langkah melamar pekerjaan hingga share pengalaman tentang
rentetan saya mulai dari lulus hingga bisa diterima kerja, nah ini ada beberapa
kejadian yang tidak terlupakan dalam acara tersebut, check it out kawan:
1. Terlambat, tidak sesuai jadwal
Hari yang digunakan untuk pelatihan adalah hari sabtu, ya tepatnya
saya di hubungi oleh ketua pelaksana saya harus mengisi pada pukul 18.30 WIB.
Saya bilang kalau saya akan budal jam 15.00, saya perkirakan sekitar 3 jam
sampai di pacet. Ternyata pada hari itu saya harus melakukan tinjauan ke
lapangan ke luar kota, ditambah lagi waktu pulang macet parah, alhasil saya
baru bisa berangkat pada pukul 17.00. Cuaca hujan juga menjadi penghambat tapi
saya yakin saja dan budal dengan penuh semangat.
2. Tidak tahu jalan
Ya saya pernah sekali ke pacet, itupun naik bus, dan saya hanya tahu
pas saya pulang dari surabaya ada plang jalan arah pacet itu di sekitar
perbatasan mojokerto-jombang. Saya yakin saja, mengendarai motor grand tua saya
menelusuri jalanan pantura, dan terjebak macet mulai keluar surabaya sampai by
pass sidoarjo, ditambah lagi kondisi cuaca hujan. Sempat ontak dengan teman
yang rumahnya pacet, tanya tentang jalan, tapi tidak jelas jawabannya. Ya saya
yakin saja di depan ada plang. Dan akhirnya saya ikuti saja jalan ke arah
mojokerto, sangat jauh sekali. Bahkan sampai melewati terminal sidoarjo, serasa
saya sedang melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman saya saja. Melihat
jam yang sudah melewati batas, saya sempatkan pada waktu itu melakukan sholat
magrib di masjid dekat dengan terminal mojokerto. Saya lalu lanjutkan
perjalanan, banyak orang saya tanyai, sampai orang di lampu merah juga saya
tanyai.
3. Menemukan plang arah Pacet.
Setelah hampir memsuki kabupaten jombang, akhirnya saya menemui plang ke
daerah Pacet. Kondisi masih hujan, saya masih memakai mantel batman saya, belok
ke kiri. Untuk memastikan, saya bertanya kepada seseorang yang berdiri di dekat
pertigaan itu, dia bilang bahwa pacet masih sangat jauh sekali, saya disuruh
mentok lurus lalu belok kiri. Saya akhirnya langsung tancap gas, jalanan mulai
sepi, di lokasi perumahan yang agak padat ada ibu-ibu di pnggir jalan saya
tanyai, dan ibu itu menjawab, “masih jauh, pean belok kiri”. Akhirnya saya
yakin bahwa ini jalan benar, saya gas motor grand saya, perlahan mulai membelah
kegelapan malam, jalanan sepi, bahkan tidak ada rumah, saya sebenarnya agak
takut, tetapi terlihat gemerlap lampu di kaki gunung menyemangati saya, dengan
berbekal keyakinan saya gas terus, pikiran saya harus sampai disana, entah jam
berapa dan memberi materi.
4. Tidak menemukan lokasi villa
Setelah hampir satu jam berkendara dari lokasi terakhir tanya,
akhirnya saya sampai di lokasi kawasan villa pacet. Sudah tidak terhitung
berapa kali tadi saya bertanya lagi, bahkan hampir keliru harusnya belok kanan tapi
saya belok kiri, untung saja saya diselamatkan oleh plakat bertuliskan
Surabaya. Nelfon anak-anak yang sudah di villa tidak kunjung diangkat, akhirnya
saya lanjutkan saja sampai di ujung atas, yaitu di depan pintu gerbang
pemandian, disana saya berhenti dan berusaha menghubungi anak-anak yang ada di
villa, nomor mereka tidak aktif semua, mungkin karena tidak ada sinyal. Ada
satu nomor bisa saya hubungi tetapi tidak diangkat. WA saya juga tidak ada
sinyal, sempat bingung. Untunglah sebelumnya saya dikirimi alamat nama dan
nomor telfon villa oleh mas Dayat yang telah sampai duluan, disana ada nomor
villa, tidak pikir panjang saya lanagsung menelepon pemilik villa, saya
tanyakan dimana lokasi villa, akhirnya saya berputar balik sambil mencari villa
itu, tetapi saya kebablasan lagi, dan saya tanya orang lagi sampai 2 kali dan
akhirnya mobil polisi di halaman depan villa memberhentikan saya karena saya
tahu itu adalah villanya.
5. Acara belum dimulai
Sesampainya di villa saya langsung disambut leh adik-adik saya, dan
anehnya acara yang harusnya dilaksanakan jam 18.30 tadi belum dimulai, mungkin menunggu saya
datang, hehehe. Mas dayat dan beberapa alumni sudah ada di villa duluan.Tidak
berselang lama ada mas Eko yang datang dan langsung bertemu dengan alumni seangkatannya,,
saya pada waktu itu lanjutkan dengan mengisi materi dengan mas dayat. Mas dayat
memberikan materi kuliah di luar negeri, dan saya memberikan pegalaman mulai
dari lulus hingga sampai diterima kerja.
6. Penyesalan
Suatu rasa sesal terjadi, ceritanya pas sore hari sebelum berangkat
saya dihubungi oleh suci, rekan lab saya yangsudah bekerja juga, dia
berkeinginan bareng saya, tapi dia bisanya jam 6 budalnya. Saya menolaknya
karena saya budal jam 4, agar tidak terlambat. Kenyataanya saya budal jam
setengah 5, dan sampai sekitar jam setengah 9, padahal suci yang budal jam 7 an
sampainya sekitar 10 menit dari saya sampai, yah nyesel karena saya memilih
jalan yang salah, dan karena suci anak pacet, dia tahu jalan tercepat menuju
pacet.
Cerita akan bersambung di part 2
Komentar
Posting Komentar