Menjadi Berguna untuk Desa
Sekarang sudah tahun 2021, semakin banyak sekarang arus urbanisasi yang terjadi, hampir di semua wilayah di Indonesia, urbanisasi menjadi hal yang tidak bisa terelakkan. Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih, membuat orang yang ada di desa terkena imbasnya, baik positif maupun negatif. Mereka semakin tertarik untuk tinggal di kota dengan gemerlap bayangan yang menarik.
Ada banyak alasan orang untuk melakukan urbanisasi, ada yang beraslasan pendidikan, ada pula karena pekerjaan, dan semua itu menjadi hal yang umum sekarang ini, seakan tanpa batas antara desa dan Kota. Sebagai contoh sederhana saja, di desa saya, dulu hanya sedikit orang yang mengirim anaknya untuk bersekolah di wilayah kota, namun saat ini dengan berkembangnya teknologi dan kemajuan zaman, mengirim anak untuk sekolah di kota bukan menjadi hal yang baru lagi. Disamping itu juga semakin banyak anak desa yang mengambil kuliah, dan rata-rata mereka memili kampus yang ada di luar kota, ada di kota besar, maupun daerah dekat kota besar. Dan hal itu saat ini tidak menjadi barang baru untuk orang desa.
Dulu pada tahun 80-an mungkin antara kota dan desa itu seakan terdapat sekat, orang desa yang berkuliah bisa dihitung dengan jari. hanya orang-orang yang kaya atau anak pejabat saja yang dulu ambil kuliah. Kebanyakan arus urbanisasi jaman dulu di dominasi oleh orang desa yang bekerja di kota, itupun di sekotr pekerjaan non-skill dan biasanya menjadi asisten rumah tangga, itu yang sering saya dapatkan dari cerita-cerita jaman dulu orang-orang di sekitar saya.
Anak-anak yang kuliah di kota, ketika sudah lulus biasanya enggan untuk kembali ke desa, dikarenakan pekerjaan yang relevan dengan pendidikannya hanya terdapat di kota tersebut, dan mereka jadi takut ke desa karena desa identik dengan bertani yang merekapun enggan lakukan. Itulah yang menjadi realita saat ini, desa seakan kehilangan pemuda-pemudi yang menjadi asset besarnya.
Maka dari itu, seyogyanya sebagai orang yang berasal dari desa, orang-orang yang sudah bekerja di kota tersebut tidak melupakan desa asal mereka, karena di sana pasti ada orang yang merka sayangi dan tanah kelahiran yang amat membutuhkan pemuda untuk membangunnya. Minimal walaupun tidak menyumbang fisik dan tenaga. setidaknya meyumbang informasi, gagasan maupun hal-hal yang penting yang berguna bagi masyarakat desa. Misalnya saja inovasi pertaniah, peternakan, cara mengolah hasil pertanian dan lain sebagainya.
Berbeda dengan cerita yang saya tulis diatas, saya memiliki teman yang saat ini telah kembali ke desa. Surabaya kota besar telah menempanya bertahun-tahun, hidup sebagai orang kota dan bekerja di kantor perusahaan asing sudah ia jalani selama bertahun-tahun. Namun akibat panggilan hati ia tinggalkan gemerlap kota tersebut dan saat ini tinggal di rumahnya, di kecamatan pesisir tetangga kecamatan yang saya tinggali.
Di desanya, teman saya tersebut banyak andil dalam kegiatan kemasyarakatan, memberikan informasi mengenai berbagai bantuan sosial yang bisa di akses masyarakat, membantu masyarakat menguruskan jaminan sosial, mengdeukasi masyarakat dalam teknologi pertanian dan masih banyak lagi. Ia juga mendirikan rintisan pertanian berkelanjutan, yaitu konsep pertanian modern ramah lingkungan yang ia coba rintis di rumahnya. Mengingat sumber daya yang melimpah di desa hal tersebut dirasa cocok untuk dikembangkan. Mulai dari peternakan kelinci, kambing dsb yang diambil urinnya untuk pupuk organis, lalu kotorannya digunakan untuk pupuk kompos, juga mengembangkan berbagai bibit tanaman produktif dan juga merintis sistem pertanian hidroponik.
Kegiatan yan ia lakukan menjadi hal yang baru bagi masyarakat di sekitanya, dengan adanya dia, masyarakat sekitar bisa terbantu, karena berbagai keahlian yang di dapatkan di kota bisa di aplikasikan. Dan sistem-sistem baru yang ia contohkan juga kedepan bisa menjadi contoh masyarakat untuk mendapatkan ilmu baru. Teman saya tersebut juga sangat aktif di media sosial, juga mendirikan perpustakaan mini di rumahnya guna meningkatkan minat baca masyarakat sekitar.
Memang sudah seharusnya apa yang dilakukan oleh teman saya tadi ditiru oleh pemuda-pemuda lain yang saat ini ada di kota, setidaknya tidak melupakan desanya, dan sebisa mungkin membantu apa saja yang bisa untuk membantu masyarakat desa.
Oh iya beberapa hari yang lalu, saya membagi tentang pelaksanaan vaksinasi gratis untuk umur 18-60 tahun yang diadakan serentak oleh Polri. Info tersebut saya dapatkan dari teman saya, dan saya share ke teman saya yang ada di desa itu (yang saya ceritakan diatas), dan alhamdulillah, berkat info tersebut, ia bersama keluarga berangkat vaksin, setelah awalnya konfirmasi ke kades. Begitulah pentingnya sebuah informasi, dan kita memang sebagai pemuda memang harus demikian, membagi apa saja yang bermanfaat untuk masyarakat desa, walaupun itu hanya sebuah informasi.
# ditulis di Gilingan Kopi no 17, sambil ngopi sendiri, ice cappusino dan kentang goreng, ditemani music cafe, tempat ngopi inilah yang membuat saya semangat untuk nulis lagi (26/06/21)
Komentar
Posting Komentar