Cerita di kota yang katanya penuh romantisme ini berlanjut, perlu saya garis bawahi bahwa perjalanan ini sudah lama saya lakukan, tepatnya di awal tahun 2019, namun baru bisa menuliskannya disini sekarang, semua karena banyak hal, di samping kerja, juga kadang semangat untuk menulis itu naik turun, kadang mood ilang, kadang terlalu asik dengan indahnya medsos saat ini. Kalo di pikir-pikir selama pandemi saya tidak menulis, sampai pandemi itu
berakhir di 2023 ini.
Bagaimanapun juga jogja memang masih menjadi magnet wisata di Indonesia, ya walaupun bagi kaum mendang mending seperti saya, perlu memikirkan ulang untuk liburan disana dengan stay beberapa hari, terutama jika bertemu dengan mahalnya makanan di sekitar malioboro, memang paling enak itu mengikuti rombongan bus anak sekolah ataupun ibu-ibu, gak resiko ke patok mahalnya harga lalapan.
Saya tidak akan banyak menulis, biar foto-foto di bawah ini yang bercerita
Memutuskan liburan di Jogja beberapa hari, hal yang pertama di siapkan yaitu penginapan dan yang kedua adalah transportasi selama disana, harus memilih sesuai dengan kantong, dan beruntungnya saya mendapatkan penginapan yang murah, gak sampak 150 rb semalam, dandi depannya pun banyak om-om yang menawarkan sewa motor
|
Motor yang disewa di Jogja
|
Cukup mudah untuk sewa motor di jogja, awalnya saya bingung sebelum berangkat sampai cari-cari di fb dan google, hubungi sana sini, ternyata ketika sampai sana banyak orang yang nawani, dengan modal 60-70K sehari sudah dapat vario, tentu untuk jaminan harus menyerahkan KTP, tapi tidak masalah yang penting enak kemana-mana
|
Menaiki motor keliling jogja |
Tempat pertama pagi itu yang saya tuju adalah warung gudeg yang ada di gang Sosrowijayan, maklum belum sarapan dan lapar sangat, mengisi perut untuk amunisi menjalani hari di jogja yang katanya selalu di hati, haiss
Kendala utama bermotor di Jogja untuk pertama kali yaitu kita tidak hafal dengan jalan yang ada di sana, sehingga senjata utama yaitu plang jalan, gmaps dan juga kendaraan yang ada di depannya. Kala itu perjalanan saya tujukan ke arah Sayidan sampai dengan kebun binatang, saya belum tau lokasi sana, dan kebetulan di depan Kebun binatangnya ada es dawet, ya langsung saya beli, setidaknya bisa membasahi dari hausnya kasih sayang karena panasnya udara Jogja
|
Minum Dawet depan kebun binatang Gembira Loka |
Setelah puas minum dawet, saya gak masuk ke kebun Binatang, takun ada macan di dalamnya hehe. Lalu saya lanjutkan perjalanan ke titik nol km jogaja. Maklum lagi-lagi saya lumayan bingung nurut jalan karena belum pernah berkendara disana. Sampai titik 0 saya cari parkiran motor, dan disana cukup mudah menemukannya, jadi habis motor di parkir saya bebas jalan-jalan manikmati titik 0 km jogja
|
Salah satu bangunan di dekat titik 0 km
|
Menikmati sore disana, dengan lampu-lampu estetik, trotoar yang luas dan juga banyak sekali spot foto, menjadikan saya betah disana
|
Tiang lampu yang estetik |
Selesai berfoto-foto dan menikmati indahnya lokasi itu, saya lalu melanjutkan jalan kaki menuju arah alun-alun dan keraton
|
Berbagai macam souvenir dijual di sekitar keraton |
Habisnya gerbang besar yang menandakan masuk kawasan alun-alun dan keraton banyak terdapat pedagang yang menjual souvenir-souvenir unik, seperti replika kuda lumpingm topeng barongsai dll.
|
Berfoto di depan keraton |
Sore itu suasana alun-alun dan keraton lumayan ramai, saya cuma berjalan-jalan saja di depannya karena kondisinya juga tertutup, banyak juga wisatawan yang berfoto di sana sini, sambil menikmati sore disana
|
Nenek Penjual Kacang yang semangat |
Berbincang dengan orang-orang yang ada di sana, dan saya bertemu dengan nenek penjual kacang, mesti usia sudah senja namun tetap semangat, saya sempatkan pule berfoto dengan beliau, tak lupa juga membeli kacang beliau
|
Pelataran Masjid Agung |
Puas berada di depan keraton, akhirnya saya menuju ke masjid agung untuk sholat ashar, sambil berjalan-jalan disana, karena memang saya belum pernah mengunjunginya sebelumnya, sore itu pengunjung ramai
|
Interior bagian serambi masjid Agung |
Bangunan Masjid agung ini memang unik, dengan bahan utama kayu dan model bangunan joglo yang sangat terawat, menjadikannya enak dipandang. Dalamnya juga sejuk dan membuat nyaman untuk sholat.
|
Atap dan tiang-tiang kayu Masjid Agung |
Untuk arah kiblat masjid agung ini nampaknya ada penyesuaian, sesuai dengan sejarah yang ada, dimana memnag bangunan ini lebih tua daripada keyakinan untuk arah kiblat yang serong 45 derajat ke kanan dari barat itu. Sehingga untuk garis shaft di dalamnya memang di buat menyerong. Dengan karpet sajadah yang tebal membuat kenyamanan sendiri untuk sholat di dalamnya.
Sesudah sore, dan sholat di masjid agung, akhirnya saja kembali ke penginapan
|
Suasana depan penginapan |
Sesampainya di penginapan saya istirahat, mandi dll, setelah itu perut terasa lapar, rencana mau keluar beli makan, eh di depan pengipanapan ada pedagang bakso, akhirnya pesan ke bapaknya
|
Pedagang Bakso |
Tidak perlu jauh berjalan ke gang depan, saya akhirnya makan bakso ini di teras penginapan, saya rasa cocok karena suaana juga mendukung, baksonya enak dan harganya terjangkau.
|
Bakso |
Selesai kenyang makan, akhirnya saya putuskan untuk jalan-jalan malam ke Malioboro dan Tugu, karena tidak jauh berada di gang Sosrowijayan saya cukup berjalan kaki saja. Lagian jika membawa kendaraan sendiri akan susash sekali parkirnya.
|
Suasana malam di Malioboro |
Malam itu suasana Malioboro sangat-sangat ramai, bahkan mau berjalan saja susah karena kiri kanan depan belakang asa orang, sangat berbeda dengan keadaan pas pagi hari dimana sangat lengang. Kondisi yang ramai ini dikarenakan rombongan bus pariwisata pasti menempatkan malioboro ini di destinasi malam atau terakhir mereka, jadinya membludak begini
|
Plang Jalan malioboro |
Jangankan untuk berfoto di landmark Malioboro, mau jalan saja susah, tapi walaupun begitu masih tetap menyenangkan menikmati jogja di malam hari, kondisi cuaca malam itu mendung, dan berpotensi hujan, saya akhirnya memutuskan untuk terus berjalan kaki sampai dengan Tugu
|
Tiang lampu malioboro yang klasik unik |
Kaki ini terus berjalan menuju tugu, di sepanjang jalan orang tidak pernah sepi, banyak juga pedagang street food yang menjajakan jualankan di kanan kiri jalan, banyak juga pekerja seni yang tampil, kondisi trotoar yang lebar memang mendukung.
|
Suasana Tugu Jogja malam hari |
Sampai di tugu jogja juga ramai sekali pengunjung disana, banyak yang bergantian untuk berfoto, dan kalau foto disini harus memperhatikan kiri-kanan karena lokasinya di tengah jalan dan kendaraan banyak bersliweran
|
Menikmati kopi |
Sambil menikmati suasana tugu jogjam tidak lupa untuk menyruput kopi yang di jajalan oleh PKL di trotoar dekat tugu, dan juga di temani oleh kadang goreng yang gigitan demi gigitan menghabiskan waktu di malam itu
|
Baerfoto di depan Tugu Jogha |
Tidak berselang lama hujan turun dengan derasnya, untuk kopi sudah habis dan saya berteduh di teras toko yang sangat sempit atapnya, wah sepertinya ini perlu di bangun tempat berteduh di sekitar Tugu Jogja. Berfoto di Depan tugu ini tidak mudah, karena harus cepat soalnya beberapa detik sudah ada kendaraan lewat dan kita harus minggir
|
Kuda yang menunggu pelanggan |
Setelah lelah menikmati suasana malam di tugu, saya akhirnya kembali berjalan menuju penginapan, waktu juga sudah cukup malam, di sepanjang jalan maliboro sering saya temui kuda-kuda penarik kereta yang sampai malam tetap stanby menunggu pelanggan, mungkin mereka harusnya juga istirahat, seperti layaknya manusia yang sudah lelah dan ingin segera beristirahat untuk cerita selanjutnya....anjayy..
cukup segitu saja kalau ada saya sambung lagi, makasih
Komentar
Posting Komentar