Budaya Ngopi Masyarakat Desa Puyung yang Mengakar

 

Kopi memang menjadi primadona minuman bagi semua kalangan, apalagi di jaman sekarang, dimanapun berada tumbuh dan berkembang berbagai warung kopi, kedai kopi, kafe, angkringan , kopi motoran dan masih banyak lagi, dimana kopi di jual dengan berbagai macam varian dan sangat digemari oleh anak muda. Kalau di bilang sejak penulis lahir, mungkin tahun-tahun inilah dimana kopi menjadi hal yang

viral dan sangat digemari oleh anak muda. 

Di jaman saya kecil, kopi dan ngopi seperti identik dengan orang tua, dan kegiatan yang kurang digemari, bahkan dulu waktu kecil, dan suka kopi itu menjadi perhatian khusus dan kadang di cemooh dengan kata "Nekek". Namun jauh sebelum era kopi kekinian, dimana kopi memiliki berbagai macam varian rasa, bahkan di hidangkan dengan berbagai tambahan, sangat beragam menu kopi di kafe, mulai dari yang panas hingga dingin, dengan berbagai nama yang unik.

Bahkan perkembangan kopi bukan hanya ada di warung kopi maupun kafe, tapi produsen kopi sasetan juga berlomba-lomba meraih pasar, bahkan belum lama saya tertawa di sebuah toko kelontong karena mendapati Kopi rasa Klepon, ya memang sangat unik tapi kopi produksi produsen kopi ternama ini memang rasa Klepon, makanan gurih empuk dari ketan dengan daleman gula merah dan taburan parutan kelapa di luar, memang unik sekali, demi menggaet pasar anak muda

Untuk urusan kopi, sebelum semuanya booming seperti sekarang, warga masyarakat di desa Puyung sudah memiliki kebiasaan ngopi yang teratur sejak jaman dahulu. Tidak diketahui kebiasaan ini di lakukan sejak tahun berapa namun yang pasti dari jaman nenek saya, kopi sudah menjadi minuman hidangan utama.

Masyarakat menjadikan kopi menjadi minuman wajib di kala pagi hari, sembari teman mengobrol di depan perapian untuk mengusir dinginnya pagi. memang daerah desa Puyung dengan ketinggian 1000 mdpl memiliki udara yang dingin sekali sehingga sangat cocok ngopi panas di pagi hari. Rata-rata orang di desa Puyung menghabiskan 3 gelas kopi setiap hari, yaitu di waktu pagi, siang hari dan malam hari. Siang hari biasanya sehabis makan siang, setelah bekerja di ladang, sambil santai istirahat, kopi menjadi penutup sehabis makan. Sore atau malam juga sehabis makan, biasanya sambil bercengkerama cerita kesana kemari, kopi menjadi minuman wajib yang menemani.

Selain ketiga waktu ngopi seperti yang saya sebutkan diatas, masih berpotensi untuk minum lebih banyak kopi, yaitu ketika bertamu ke rumah orang lain. Ya kopi menjadi jamuan wajib yang di hidangkan, dan itu hampir dapat dipastikan. Jika pun orang tersebut di beri selain kopi, itu pasti sebelumnya telah di tawari kopi namun tamu tersebut menolak karena sudah tidak kuat lagi minum, sehingga biasanya di ganti dengan teh. Hal ini memang unik, maka jika anda bertamu ke 5 rumah warga desa Ouyung dalam sehari, maka 5x pula anda akan mendapatkan kopi.

Dengan adanya kebiasaan ngopi yang unik dari warga desa Puyung tersebut, maka tidak heran jika di desa Puyung banyak ditemukan tanaman kopi, biasanya warga mempunyai tanaman kopi di pekarangan belakang rumahnya maupun di kebun, ada yang punya banyak ada punya yang sedikit, tapi biasanya kopi tersebut habis untuk di konsumsi sendiri, dan tidak sampai di jual.

Untuk jenis kopi yang di tanam beragam, diantaranya arabica dan kopi Jawa. Untuk kopi jawa ini memang memiliki keunikan sendiri, ini merupakan jenis kopi lokal yang sudah lama sekali ada di desa Puyung. Mungkin sudah puluhan bahkan ratusan tahun ada, memang tidak sebaik arabica buahnya, pohonnya pun juga menjulang tinggi dengan daun yang lebar, sehingga sangat susah untuk memanen kopi jenis ini, memang ini jenis kopi yang belum tersentuh ilmu pertanian jadi masih benar-benar murni seperti tanaman liar.


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer